Great Giant Pineapple, Perintis Green Company Pertama dan Terbesar Asal Indonesia
Buah nanas dengan kualitas premium (Sumber : google.com) |
Hai EarthMate ! Artikel terakhir telah menjelaskan darimana istilah Zero Waste berasal, kan? Nah sesuai janji penulis, artikel kali ini akan menjelaskan salah satu perusahaan nasional yang sangat peduli terhadap lingkungan dan telah mengaplikasikan Zero Waste secara riil dan memberikan dampak yang maksimal pada lingkungan sekitarnya.
Apa ada dari sobat EarthMate yang menjadikan nanas sebagai
buah favorit disini? Jenis nanas seperti apakah yang menjadi favorit? Yang
sedikit asam, atau manis nih? Umumnya manis selalu menjadi pilihan utama ya.
Tapi dibalik itu semua, apakah EarthMate pernah berpikir bagaimana pengelolaan
holtikultura untuk buah nanas dalam skala masif? Tentunya hal itu akan sangat
berbeda dengan cara konvensional dan tradisional loh.
Mari kita mulai, mengapa penulis membahas nanas? Karena kali
ini kita akan belajar dari perusahaan yang bernama Great Giant Pineapple, salah
satu perusahaan yang berdiri dibawah payung besar Gunung Sewu Group. Great
Giant Pineapple atau yang selanjutnya akan kita singkat dengan PT GGP adalah
perusahaan yang beroperasi di industri pengalengan nanas. Pada sektor tersebut, PT GGP kabarnya telah menjadi perusahaan terbesar kedua dunia. Sebagai perusahaan nasional
harusnya kita bangga dengan capaian ini bukan? Lalu dimanakah letak Zero Waste PT GGP ini?
PT Great Giant Pineapple (Sumber : google.com) |
PT GGP merupakan perusahaan mandiri yang pemenuhan bahan baku
utamanya didapatkan tanpa perlu bantuan supplier atau vendor, bahkan untuk pemenuhan
kaleng yang diperlukannya. GGP memilki lahan yang dimiliki secara korporat kurang
lebih seluas 31.000 Ha, hampir separuh dari luas wilayah negara Singapura, wow. Produknya memang lebih dikhususkan untuk kepentingan
ekspor. Menurut situs resmi Gunung Sewu, kurang lebih lahan seluas 20.000 Ha
dikhususkan untuk pertanian nanas. Tiap tahunnya PT GGP mampu memproduksi 500.000
ton lebih nanas dalam kaleng dan mengekspor 11.000 kontainer di lebih dari 60
negara di dunia.
Sekilas lahan PT GGP dilihat dari langit (Sumber : greatgiantpineapple.com) |
Sebelum kita membahas cara PT GGP dalam mengelola limbahnya,
mari lebih dahulu kita belajar mengenai tahapan-tahapan dalam industri proses
pengalengan sayur dan buah. Pujimulyani (2009), menjelaskan bahwa terdapat sepuluh
proses dalam industri pengalengan makanan segar yang tujuannya adalah
mengawetkan bahan makanan dalam keadaan telah terkupas lebih dari 48 jam.
Berikut adalah kegiatannya :
1. Pemanenan
Bahan setelah memasuki fase panen harus
segera dipetik dan diolah di pabrik dengan segera karena masih harus melalui
beberapa proses fisiologis, sehingga bahan tetap terjaga kesegaraanya. Selain
itu, bahan harus memenuhi standar : masak, tekstur keras, ukuran dan volume
maksimal (Pujimulyani, 2009)
2. Pencucian
Terdapat dua metode untuk pencucian bahan,
yaitu dengan metode penyemprotan bertekanan dan penggoncangan (agitating). GGP
memakai metode yang pertama yaitu penyemprotan bertekanan. Tujuan dari proses
ini adalah untuk menghilangkan sisa-sisa insektisida dan tanah sebagai sumber
kontaminan.
3. Pemilihan (sortasi)
Proses ini bertujuan untuk memilih bahan
yang bagus dan sesuai standar dengan bahan yang rusak. Selain itu juga bertujuan untuk
keseragaman warna dan tekstur bahan yang sesuai standar.
4. Pengupasan
Proses ini berguna untuk memisahkan bagian
yang bisa dikonsumsi atau tidak. Secara umum terjadi pemisahan pada kulit dan
hati nanas, namun PT GGP pada tahap ini mengupas kulit dan mata nanas. Pemisahan
terhadap hati nanas dilakukan dengan Cane
Loader Machine tepat sebelum nanas dimasukkan dalam kaleng.
5. Persiapan (Preparasi)
Pada proses ini di GGP terjadi aktivitas
pencucian (washing), pemotongan (grading), dan pemilahan (sorting) yang dilakukan secara semi-auto (mesin yang dioperasikan oleh
operator).
6. Blanching
Kegiatan pada proses ini adalah perendaman
bahan dalam air panas yang bertujuan untuk megurangi kontaminan dan
menginaktivasi enzim yang berdampak pada percepatan pembusukkan. Suhu air yang
dipakai pada proses ini berkisar antara 70o-80oC dalam
waktu 2-4 menit.
7. Pengisian
Sebelum proses ini, kaleng yang akan
dipakai telah melalui proses sortasi dan bebas cacat pada bibir kaleng, deform, hingga karat. Proses ini harus
secepat mungkin tepat setelah bahan melalui proses preparasi. Kemudian proses
pengisian larutan gula dengan konsentrasi 60-65% untuk perasa, pemenuhan sela
kaleng, dan juga memudahkan nanas masuk ke dalam kaleng pada proses pengisian.
8. Exhausting
Proses tidak memberikan perlakuan pada
bahan, melainkan kaleng yang akan digunakan. Partikel gas dalam kaleng akan dibuang
pada proses ini, sehingga ruang dalam kaleng akan mengalami keadaan vakum.
9. Penutupan Kaleng
Proses ini harus segera dilakukan tetap
setelah proses exhausting. Tujuannya adalah untuk mencegah kebocoran dan
masuknya partikel lain dari luar yang dapat merusak bahan dalam kaleng.
10. Sterilisasi (Processing)
Proses ini adalah proses akhir yang terdapat
aktivitas untuk membunuh semua mikroorganisme dalam kaleng, melakukan perbaikan
tekstur dan juga kenampakannya.
Penulis menilai bukan dari sukses atau gagalnya PT GGP dalam melakukan inovasi “hijau”-nya tetapi lebih kepada keberanian PT GGP untuk hijrah dari biasa menjadi luar biasa. Hal itu perlu pertimbangan, perhitungan, dan perkiraan yang akurat karena ekspansi untuk perluasan bisnis yang dilakukan PT GGP memerlukan investasi yang besar. Dan akhirnya keberanian PT GGP untuk memperluas lahan bisnisnya pun berbuah manis. Bukan hanya dari sisi profit saja, tapi juga peningkatan citra sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan juga meningkat. Sayangnya, tidak semua orang Indonesia mengetahui hal ini karena produk yang dipasarkan sebagian besar untuk diekspor.
Ilustrasi proses produksi nanas dalam kaleng secara lengkap (Sumber : weebly.com) |
Setelah nanas melalui sepuluh proses di atas, produk nanas
dalam kaleng siap untuk diekspor ke luar
negeri. Tentunya, sebelum produk memasuki container, produk telah melalui uji
dan kontrol kualitas yang ketat, sehingga produk akan dijamin mutunya dari proses
pengiriman hingga sampai di tangan konsumen di berbagai belahan dunia.
Kita bisa melihat bahwa produktivitas PT GGP dengan lahan
yang sangat luas dan tinggi. Tentunya dalam setiap proses apapun dan
dimanapun, selain terdapat output yang dihasilkan juga secara otomatis akan
terdapat limbah atau waste yang akan
berdampak baik langsung atau tidak langsung di lingkungan sekitar. Meskipun GGP
bergerak dalam industri pengalengan nanas, yang identik dengan minim limbah dan
polusi, GGP tetap saja memiliki limbah tak terpakai dari hasil produksinya. Semakin
luas lahan yang digunakan untuk menanam nanas, semakin besar pula limbah yang
dihasilkan berupa serabut, daun kering, kulit, hati, hingga mata nanas.
Lantas bagaimana PT GGP melakukan integrasi dan sinergitas
di tiap prosesnya hingga ia menghasilkan zero
waste? Coba perhatikan ilustrasi yang penulis dapatkan di internet berikut
:
Ilustrasi Pengolahan yang ada di PT GGP (Sumber : google.com) |
Dari gambar tersebut kita tarik langkah awal dari gambar
tumbuhan yang kita anggap nanas. Nanas yang ditanam untuk kepentingan industri
tersebut adalah jenis nanas Smooth
Cayenne yang unggul sebagai nanas tanpa duri di kulit untuk memudahkan
proses pengolahan di pabriknya. Setelah nanas dipanen dan diproses tentunya
akan menumpuk limbah berupa bagian tanaman yang tidak dapat dikonsumsi seperti
kulit, hati, dan mata nanas dalam jumlah yang besar.
Bayangkan limbah dari ratusan ribu ton nanas yang tidak bisa
dikonsumsi akan memerlukan perlakuan sendiri yang tidak jarang malah akan
membuat perusahaan mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan sub-contractor. Yang patut diacungi
jempol untuk PT GGP adalah kejeliannya dalam melihat peluang dan keberaniannya
untuk berinvestasi jangka panjang.
Tumpukan limbah organik tersebut menjadi latar belakang
berdirinya PT Great Giant Livestock (PT GGL) yang juga bagian dari Gunung Sewu
Agribusiness Group dan bertempat dalam lahan PT GGP. Keduanya merupakan wujud
dari salah satu program unggulan dari Gunung Sewu Group yang disebut “Green
Synergies”. PT GGL bergerak di bidang penggemukan sapi dan memperoleh suplai
pakan ternak dari limbah PT GGP. Limbah organik dari PT GGP sangatlah baik
untuk penggemukan sapi karena mengandung nutrisi tinggi untuk sapi tanpa harus
melalui proses yang rumit. Kulit nanas sendiri mengandung kadar gula tinggi (Brix) dalam bentuk Readily Available Carbohidrate (RAC) yang sangat baik untuk proses
percepatan penggemukan sapi.
Kondisi calf barn PT GGL di area PT GGP (Sumber : gunungsewu.com) |
Kondisi calf barn PT GGL di area PT GGP dari atas (Sumber : gunungsewu.com) |
Pengolahan limbah Agribisnis yang dilakukan oleh PT GGP
bukan hanya me-nol-kan limbah saja, tetapi juga memberikan nilai tambah
terhadap pengolahan limbah itu sendiri. PT GGP menjadikan setiap hasil dari proses
pengolahan memiliki nilai lebih untuk proses lainnya, baik langsung maupun tak
langsung. Sebagai contoh, kulit nanas yang tidak dipakai dapat dibuat langsung
sebagai pakan ternak, namun untuk kotoran ternak harus direaksikan terlebih
dahulu dan menunggu waktu yang tepat untuk dijadikan biogas (Methane).
Dari permulaan sebagai perusahaan plantasi dan pengalengan
nanas untuk kebutuhan ekspor, kini PT GGP mampu melebarkan sayapnya bahkan
hingga unit bisnis yang sedikit berbeda, yaitu penggemukan hewan ternak. Hal itu kian menarik, karena PT GGP mampu membuat sebuah siklus produksi berkesinambungan
yang terus berlanjut tanpa putus, bukan hanya diawali dari penyemaian biji
nanas hingga pemanenan saja tapi kemudian berlanjut hingga pembuatan biogas
sebagai bahan bakar yang secara perlahan digunakan untuk memenuhi kebutuhan PT
GGP sendiri, meskipun belum total.
Dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT GGP juga memberikan dampak sosial yang baik. Pihak CSR PT GGP gencar memberikan pelatihan terkait dengan peningkatan hasil pertanian dan peternakan. bahkan masyarakat juga diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan PT GGP apabila menunjukkan kemajuan atau prestasi dari sektor pertanian-peternakannya. Nilai plus ini harus tetap dijaga bahkan ditingkatkan oleh PT GGP sebagai pionir bagi perusahaan besar lainnya, agar tidak melulu mementingkan profit perusahaan saja, tapi juga dampak sosiologis industri yang terjadi di sekitarnya.
Penyerapan tenaga kerja berasal dari lingkungan sekitar perusahaan (Sumber : gunungsewu.com) |
Penulis menilai bukan dari sukses atau gagalnya PT GGP dalam melakukan inovasi “hijau”-nya tetapi lebih kepada keberanian PT GGP untuk hijrah dari biasa menjadi luar biasa. Hal itu perlu pertimbangan, perhitungan, dan perkiraan yang akurat karena ekspansi untuk perluasan bisnis yang dilakukan PT GGP memerlukan investasi yang besar. Dan akhirnya keberanian PT GGP untuk memperluas lahan bisnisnya pun berbuah manis. Bukan hanya dari sisi profit saja, tapi juga peningkatan citra sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan juga meningkat. Sayangnya, tidak semua orang Indonesia mengetahui hal ini karena produk yang dipasarkan sebagian besar untuk diekspor.
Ternyata Indonesia juga memiliki perusahaan yang besar dan peduli kepada lingkungan ya, EarthMate!. Kekurangan kita selama ini adalah terlalu banyak melihat dan menilai apapun untuk dibandingkan dengan negara-negara besar di luar sana. Sehingga kita akan berpendapat apapun yang ada di Indonesia akan selalu lebih jelek daripada yang ada di luar negeri, bukan begitu?. Mari kita lebih jeli dan teliti terhadap hal seperti ini. Apabila kita melihat perusahaan nasional yang sedang tumbuh, tentunya harus kita dukung dan kita kawal pertumbuhannya untuk kesejahteraan dan kedaulatan rakyat Indonesia dan alamnya.
Mantab ini info nyaa.. saya bagian buruh nya
ReplyDeleteLuar biasa GGP
ReplyDelete